Monday, August 6, 2012

Apakah gereja memperbolehkan anda mengikuti cara hidup Yesus/Yeshua??

Back to Komunitas Nasrani Indonesia Discussions

.

Apakah gereja anda memperbolehkan anda

mengikuti cara hidup Yesus ?

 

Apakah kepercayaan orang ini bila ia melakukan hal-hal berikut :

·         Disunat pada hari kedelapan.

·         Memelihara Sabat pada hari Sabtu.

·         Menghadiri sinagoga secara teratur.

·         Merayakan hari raya Pesach, Hag ha-Matzah, Sukkot dan Hanukkah.

·         Mengenakan tzitzit (jumbai pada jubah) seperti yang diperintahkan dalam Taurat (Bil 15:37-41).

·         Adalah warganegara Israel.

·         Kitab sucinya terdiri atas Taurat dan kitab para nabi.

·         Mengerjakan perintah-perintah yang ada di dalam Taurat.

·         Mengajarkan bahwa Shema (Ul 6:4-5) adalah hukum yang paling utama.

Saya bisa menebak bahwa kebanyakan dari anda pasti akan dengan mudah menjawab – Yahudi. Nah sekarang mari kita lihat apakah anda juga dapat menebak apakah kepercayaan orang ini.

·         Tidak memelihara Sabat tetapi merayakan hari Minggu sebagai hari Tuhan.

·         Datang ke gereja.

·         Merayakan hari raya Easter (Paskah) dan Natal 25 Desember.

·         Kitab sucinya terdiri atas "Perjanjian Lama" dan "Perjanjian Baru".

·         Mengajarkan bahwa mereka tidak lagi di bawah hukum Taurat.

·         Mengajarkan bahwa Gereja adalah pengganti Israel sebagai umat Elohim.

Saya yakin jawaban anda tepat sekali lagi – Kristen. Sekarang mari kita lanjutkan pembicaraan kita lebih dalam lagi dengan menjawab pertanyaan ini — Jika seorang Yahudi ingin menjadi seorang Kristen, dapatkah ia tetap melanjutkan tata-cara ibadah Yahudinya ? Jawabannya 100% – TIDAK!

Bagaimana bila sebaliknya ? Jika seorang Kristen ingin menjadi seorang Yahudi, dapatkah ia tetap melanjutkan tata-cara ibadah Kristennya ? Sekali lagi jawabannya 100% – TIDAK!

Sangat jelas sekali bahwa bukan saja Yahudi dan Kristen merupakan agama yang berbeda, tetapi juga mereka saling berlawanan satu dengan yang lain dalam banyak hal. Ini merupakan fakta yang sangat mengherankan bila kita mencoba mengajukan lagi satu pertanyaan sederhana – tata-cara ibadah apakah yang dipraktekkan oleh Yesus selama hidupnya, Kristen, Yahudi, atau kedua-duanya ?

·         Yesus disunat pada hari kedelapan (Luk 2:27).

·         Yesus memelihara Sabat pada hari Sabtu.

·         Yesus datang dan mengajar di sinagoga secara teratur (Mat 4:23, Mrk 1:21, Luk 4:16,31).

·         Yesus merayakan Pesach, Hag ha-Matzah (Mat 26:17; Mrk 14:12; Luk 2:41-42; 22:7-8; Yoh 2:13,23;), Sukkot (Yoh 7:1-44) dan Hanukkah (Yoh 10:22-23).

·         Yesus mengenakan tzitzit (Mrk 6:56).

·         Yesus adalah warganegara Israel (Mat 2:2; 27:37; Yoh 4:9).

·         Kitab suci yang dipergunakan Yesus terdiri atas Taurat dan kitab para nabi.

·         Yesus mengajarkan bahwa Shema adalah hukum yang paling utama (Mrk 12:29-30).

Jawaban dari pertanyaan di atas merupakan sebuah fakta biblikal bahwa Yesus adalah seorang Yahudi, hidup menurut tata-cara orang Yahudi, bukan menurut tata-cara Kristen, atau gabungan dari keduanya. Adalah sangat jelas bahwa Yesus adalah seorang Yahudi orthodoks yang amat taat dalam menjalankan agama (sebab jika Ia sendiri tidak memberikan teladan yang baik, tiada gunanya kita percaya Dia sebagai Mesias). Penemuan terpenting buat umat Kristen adalah kenyataan bahwa tidak ada bukti Yesus telah meninggalkan tata-cara hidup orang Yahudi dan berhenti menjadi orang Yahudi. Juga ajaran-Nya sama sekali tidak menunjukkan bahwa Ia ingin menciptakan agama baru – sebuah agama yang berbeda dengan tata-cara ibadah yang Ia sendiri praktekkan semasa hidup-Nya. Bagaimana mungkin Ia kemudian disebut-sebut sebagai pendiri agama baru ? Terutama sebuah agama yang bertentangan dengan agama dan tata-cara hidup yang Ia jalani ? Dapatkah anda menjawab YA pada pertanyaan-pertanyaan di bawah ini ?

·         Mungkinkah seorang rabbi melarang ibadah sunat ?

·         Mungkinkah seorang rabbi memindahkan hari Sabat ke hari lain ?

·         Mungkinkah seorang rabbi menciptakan tempat ibadah baru selain sinagoga ? [1]

·         Mungkinkan seorang rabbi memindahkan hari raya Pesach (Paskah) ke hari raya dewi Ishtar (Easter) ?

·         Mungkinkah seorang rabbi menginginkan para pengikutnya untuk melestarikan perayaan Natalis Sol Ivictus (25 Desember, hari kelahiran dewa Saturnalia) sebagai hari lahirnya ?

·         Mungkinkah seorang rabbi mengajarkan murid-muridnya supaya tidak lagi memelihara hukum Taurat ?

·         Mungkinkah seorang rabbi mengajarkan supaya Shema tidak perlu lagi dipanjatkan ?

·         Mungkinkah seorang rabbi mengajarkan pengikutnya untuk membenci Yahudi ?

Jawaban atas semua pertanyaan di atas adalah: TIDAK MUNGKIN ada seorang rabbi yang melakukannya, termasuk juga seorang rabbi bernama Yesus! Jika Yesus tidak menciptakan sebuah agama baru yang anti-Yahudi, jadi siapa yang melakukannya ? Apakah itu pekerjaan pengikut-pengikut-Nya ? Apakah mereka tetap meneruskan cara hidup seperti yang dicontohkan Yesus atau mereka mengubahnya ?

Kitab Kisah Para Rasul menyediakan banyak sekali informasi yang berharga bagi kita. Dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 kita melihat bagaimana cara hidup jemaat yang pertama.

Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Elohim. (Kisah Para Rasul 2:46).

Perhatikan bahwa mereka sama sekali tidak merasa bahwa Yesus mengajarkan supaya mereka berhenti menjadi Yahudi. Berilah perhatian pada ayat di atas. Tidakkah anda melihat bahwa mereka tetap mendatangi Bait Elohim setiap hari ? Dari sini saja kita dapat melihat dengan jelas bahwa Yesus tidak menginginkan pemisahan para pengikut-Nya dari orang-orang Yahudi lainnya.[2]

Kisah Para Rasul 21:17-26 mencatat kisah kembalinya Paulus ke Yerusalem dan pertemuannya dengan para penatua jemaat. Ingat baik-baik bahwa yang disebut dengan para penatua ini adalah orang-orang yang secara langsung diajar dan hidup bersama-sama dengan Yesus. Dan pimpinan mereka sendiri adalah Yakobus, saudara Tuhan Yesus (Gal 1:19). Kata-kata yang diucapkan Yakobus di depan Paulus mengandung informasi yang sangat berharga.

"Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita…bawalah mereka bersama-sama dengan engkau…maka semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat." (Kisah Para Rasul 21:20-24)

Sekali lagi anda bisa membaca sendiri bahwa jemaat yang mula-mula sama sekali tidak meninggalkan tata-cara hidup Yahudi yang selama ini mereka jalani. Bahkan sebaliknya, setelah mereka percaya kepada Yesus mereka menjadi semakin rajin (zealous) memelihara hukum Taurat. Ayat-ayat di atas memberikan kita gambaran bagaimana kehidupan jemaat yang mula-mula. Apakah gereja anda menghasilkan buah yang sama: "rajin memelihara hukum Taurat" ?

Perhatikan pula bahwa Paulus mengerjakan apa yang diminta oleh para penatua – untuk membuktikan bahwa ia tidak mengajarkan untuk melepaskan hukum Taurat. Dan itu dilakukannya menurut aturan di dalam Taurat yaitu bernazar dan melakukan persembahan (Bil 6:13-21). Paulus tetap hidup menurut hukum Taurat dan ia juga seorang yang taat. Bagaimana mungkin ia menjadi pembuat doktrin yang menganjurkan supaya kita tidak lagi melakukan hukum Taurat ?

Hal ini akan dibahas lebih jauh di dalam buku ini, untuk saat ini mari kita simpulkan saja hal-hal yang pokok.

·         Pelayanan para rasul menyebabkan ribuan orang-orang Yahudi menjadi taat dalam memelihara Taurat. Jelas mereka sama sekali tidak mengajarkan bahwa "kita tidak lagi memelihara hukum Taurat karena kita sudah memperoleh kasih karunia" seperti yang sekarang dianut sebagai doktrin oleh Gereja masa kini.

·         Jemaat yang mula-mula tetap menyunatkan anak-anak mereka dan meneruskan tata-cara hidup Yahudi. Mereka tidak berpindah ke sebuah agama baru.

·         Jika kita menengok tindakan Paulus, setelah diminta untuk membuktikan bahwa ia tidak mengajarkan pembatalan Taurat, kita dihadapkan kepada dua kemungkinan : (a) Paulus dengan sengaja berpura-pura di hadapan para penatua dan jemaat di Yerusalem; atau (b) ajaran dan tulisan-tulisan Paulus telah dimanipulasi dan direkayasa oleh Bapa-bapa Gereja pada abad kedua hingga keenam.

Apakah Paulus benar-benar hendak membohongi para penatua dengan berpura-pura di hadapan mereka ? Ingat, para penatua adalah orang-orang yang telah bersama-sama dan secara langsung diajar oleh Rabbi Yesus selama tiga tahun. Jika Paulus telah membohongi mereka, apakah anda tetap bersikeras meyakini ajaran dan tulisan-tulisannya ? Dan sebaliknya, jika perkataan Paulus telah diubah atau salah ditafsirkan oleh para Bapa Gereja, dapatkah kita mempertahankan iman dan kepercayaan kita kepada ajaran-ajaran palsu ?

Bagaimana ajaran Yesus dan para pengikutnya bisa berubah dan berkembang seperti sekarang ini ? Untuk mulai menjawabnya, pertama-tama mari kita bertanya bagaimana sebuah agama yang mengajarkan pengikutnya untuk "memelihara hukum" menjadi sebuah agama yang mengajarkan "kita tidak lagi di bawah hukum".

Para Bapa Gereja mengajarkan bahwa hukum Taurat telah digenapi dengan kedatangan Yesus ke dunia. "Digenapi", menurut mereka, berarti Taurat telah dibatalkan dan pelaksanaan Taurat tidak memiliki arti penting dalam kekristenan. Itulah sebabnya mereka memakai istilah "Perjanjian Lama" dan "Perjanjian Baru". Sangat jelas, yang satu adalah lama dan yang satunya lagi baru sehingga yang lama sudah tidak berlaku lagi dan yang berlaku sekarang adalah yang baru. Akan tetapi menurut Yesus, "digenapi" berarti (1) tetap memelihara Taurat; dan (2) menafsirkan dan melaksanakannya secara benar sesuai dengan petunjuk dan bimbingan-Nya.

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:17-20)

Para Bapa Gereja dan para pemikir-pemikir Kristen lainnya (yang notabene adalah orang-orang bukan Yahudi) terus menerus mengembangkan doktrin-doktrin mereka sepanjang abad kedua hingga abad keenam Masehi. Selama itu pula pernyataan-pernyataan mereka semakin bernada sarkasme terhadap Yahudi. Saya kutip satu di antaranya:

"Jika kita masih saja menjalankan Yudaisme, kita mengakui bahwa kita belum menerima karunia Tuhan…Adalah salah berbicara tentang Yesus namun hidup seperti orang Yahudi. Karena Kristen tidak percaya Yudaisme tetapi Yudaisme di dalam Kristen." (St. Ignatius, uskup Antiokhia (98-117 M) – Surat kepada Jemaat Magnesia)

Semangat anti Yahudi kemudian berkembang hampir di seluruh dunia kekristenan – dari mulai komunitas Kristen di Afrika, diwakili oleh Tertullianus (160-220 M), pendeta Persia Aphrahat (300-350 M) dari gereja Suriah, St. Yohanes Krisostomus (349-400 M) di Antiokhia, hingga Martin Luther (1483-1546) dan masih banyak lagi.

Karya-karya tulis mereka banyak yang menyerang umat Yahudi dengan meneriaki mereka "budak-budak yang terbelenggu oleh hukum". Mereka mengklaim bahwa agama Yahudi dibiarkan terus berlanjut hanya untuk menjadi contoh sebuah degradasi moral dan menyebut orang-orang Yahudi "Christ Killer" ! Menurut anda bagaimana reaksi Yesus melihat tindakan mereka ini ?[3]

Menarik untuk menyimak perkataan Roland Knox:

"Betapa anehnya Tuhan memilih orang Yahudi! Tetapi lebih aneh lagi orang-orang yang memilih Tuhan-nya orang Yahudi tetapi menolak lalu menghina orang Yahudi!"

Ada beberapa hal yang perlu diingatkan. Agama Yahudi sekarang telah berkembang jauh dan sangat mungkin tidak sama seperti yang dipraktekkan oleh Yesus. Begitu pula, agama Kristen yang kita kenal sekarang berbeda dengan ajaran-ajaran Yesus yang dipercaya dan dijalankan oleh para pengikutnya mula-mula. Jelas sekali bahwa banyak hal telah terjadi sepeninggal Yesus dan para rasul-Nya yang mengakibatkan terpisahnya Kristen dari Yahudi.

Sangat penting bagi keduanya, baik umat Kristen maupun umat Yahudi untuk memahami perubahan-perubahan yang ada. Anda harus mengetahui kapan perubahan itu dibuat, siapa orang yang bertanggung jawab membuat perubahan itu, dan mengapa mereka melakukannya. Selidikilah mana perubahan yang terjadi karena inspirasi Roh Kudus, mana yang dibuat karena nafsu keduniawian atas kekuasaan dan kekayaan, dan mana yang dibuat atas dasar rasa amarah, benci, penolakan, dan ketakutan.

Saat ini terdapat sekitar 1,6 milyar umat Kristen di seluruh dunia – seorang raksasa yang tengah tertidur dan menunggu untuk dibangunkan. Jika mereka semua kembali kepada ajaran dan tata-cara hidup seperti yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul, kita akan melihat revolusi moral dan spiritual yang akan mengguncang dunia. Apakah gereja anda memperbolehkan anda meniru cara hidup Yesus ?

[1] Kata rumah ibadat (tempat ibadat) muncul berpuluh-puluh kali dalam "Perjanjian Baru". Kata tersebut diterjemahkan dari kata Yunani synagoge yang secara harafiah memang berarti rumah ibadat. Adalah menarik jika kita menggunakan kata sinagoga ketimbang rumah ibadat karena hal ini akan memunculkan nuansa yang berbeda. Pembaca akan merasakan hawa Yudaisme yang begitu kental dalam seluruh kitab "Perjanjian Baru" !

[2] Catatan-catatan sejarah juga membuktikan bahwa para pengikut Yesus mula-mula tetap beribadah bersama-sama dengan orang Yahudi di sinagoga, seperti contoh berikut:

"Sepeninggal Dia [Yeshua] murid-muridnya ada bersama-sama dengan orang Yahudi dan Bani Israel di sinagoga-sinagoga, bersembahyang dan berpuasa di tempat yang sama. Tetapi ada perbedaan pendapat antara mereka dan orang Yahudi mengenai Mesias." (Toldot Yeshu – abad keenam)

[3] Bd. Efesus 2:14

No comments:

Post a Comment