Tuesday, July 10, 2012

tefilah by franky tombeng

1. Doa permohonan, kebanyakan org memandang bhw utk inilah tujuan kita berdoa. Firman Tuhan berkata, ".aka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya,ketika mereka sedang berbicara Aku sudah mendengarkannya". (Yes 65:24) "Jadi jgnlah kamu spt mereka (bangsa-bangsa),karena Bapamu mengetahui apa yg kamu perlukan sblm kamu minta kpdNya" (Mat 6:8) Kalau begitu masih ada gunanya berdoa? Salah satu tujuan kita berdoa adlh supaya kita meningkatkan kesadaran kita akan Tuhan dan perananNya dlm hidup kita. 2.Doa adalah pujian kpd Tuhan 3. Doa pengucapan syukur (Hoda'ah) 4. Doa pengakuan dan perenungan diri Doa dlm bahasa ibrani adlh "Tefillah" yg diturunkan dari kata L'hitpalel (akar kata Pe - Lamed - Lamed) yg mengandung arti "menilai diri". Inilah tujuan doa yg paling hakiki, jadi kita senantiasa diminta utk menilai kembali diri kita, melihat kedlm - meneliti hati dan jiwa kita - ketika kita berdiri di hadapan hadiratNya, seperti Salomo dalam amsalnya berkata : " Siapa memalingkan telinganya utk tdk mendengarkan hukum(Torah) juga doanya adalah kekejian"( Ams 28:9) jadi doa bukan semata-mata berisi daftar permohonan dan permintaan. Doa sesungguhnya adalah ibadah hati.:)
KAVANAH. Dalam berdoa, kita dpt membedakan dua macam sikap, yakni sikap hati dan sikap tubuh. Dalam Judaism ada dua hal yg mesti dipenuhi dlm berdoa: Doa hrs keluar dr dlm hati. Doa yg diucapkan menurut hafalan luar kepala, yakni ketika bibir kita berbicara tetapi hati kita berada jauh dr Tuhan dan dari apa yg kita ucapkan, tdk dipandang sebagai doa. Doa harus diucapkan dng mulut. Berbicara dlm hati saja tdk dipandang sebagai doa. Apa yg keluar dari hati harus harus diexpresikan lewat mulut. Didalam Judaism sikap hati menempati posisi yg lebih penting. Doa yg dilakukan spt robot, misalnya hafalan atau karena rutinitas, kehilangan validitasnya sebagai doa. Ketika berdoa kita dituntut utk mempunyai tingkat emosi atau perasaan hati terhadap Tuhan yg cukup. Kita harus ada dlm kesadaran "dihadapan siapa kita berdiri"(Berachot 28b). Sensasi atau perasaan hati ini dinamakan "kavanah" Talmud mengajarkan " setiap orang yg berdoa harus mengarahkan hatinya ke surga" (Berachot 31a) inilah tingkatan minimum kavanah dlm doa. Tingkat berikutnya adalah mengenal dan memahami apa yg kita ucapkan. Kemudian kita membebaskan pikiran kita dr segala hal yg dapat mengganggu konsentrasi kita. Tingkatan yg tertinggi adalah merenungkan tiap-tiap kata yg kita ucapkan ketika berdoa. "Yang Maha Kudus, diberkatilah Dia, menghendaki hati" (Sanhendrin 106b). Kavanah juga mencerminkan keadaan hati kita. Ini sangat penting. Di dalam.Talmud dikatakan bhw seseorang hendaknya bangkit berdoa hanya dengan ketakziman hati/pikiran (Mas. Berachot 31a, catatan kaki 12). Dikatakan pula seseorang yg sdng tidak tenteram hatinya tdk boleh berdoa (Eruvin 65a) Yeshua mengajarkan sebelum kamu berdoa hendaklah kamu berdamai terlebih dahulu dgn saudaramu, jadi dlm konteks bedoa kita tdk dpat berdoa dengan baik jika sikap kita tdk benar. Setiap orang mempunyai cara yg berbeda-beda utk mencapai tingkat Kavanah tertentu sebelum dan selama berdoa. Bernyanyi adalah salah satu alat bantu utk mencapai kavanah.
Begitu juga dgn seni melantunkan atau mengidung. Dalam synagoge terdapat dua macam tipe musik, pertama seni melantunkan pembacaan kitab suci. Kedua seni mengidungkan doa (nusah) . Nyanyian juga menjadi unsur penting dalam perjamuan Shabbat, yg dinamakan Zemirot, disamping musik, kaum pria memakai tallit dan tefillin. Dgn menutup kepala dng Tallit kita menciptakan kavanah dan kekhusukan pribadi.
SIDDUR. Usaha utk menyusun doa mula-mula dimulai pada waktu Bait suci pertama. Melekh David mulai mengumpulkan puisi-puisi dan kidung, baik yg dikarangnya sendiri maupun berasal dari orang lain yg sezamannya , dan juga dari pendahulunya seperti Moshe. Kumpulan ini dinakam Tehillim(puji-pujian) atau yg kita kenal sbg kitab Mazmur. Org Yahudi sampai hari ini menjadikan Tehillim sebagai kitab doa yg terutama. Pada zaman Bait suci kedua imam Ezra dan ke 120 orang saleh(The Great assembly) yg duduk dlm mahkama Agung (diantaranya termasuk nabi Maleakhi, Daniel, Nehemiyah) mulai menyusun doa Shemoneh Eshrei (18 ucapan berkat) atau lebid dikenal Amidah. Sampai hari ini Amidah menjadi doa sentral dlm setiap liturgi berjemaah Yahudi. Sampai abad pertama tdk ada tersusun yg permanen kecuali Shema dan Amidah. Setiap rabbi mengajarkan doia kpd murid2nya masing2, termasuk Yokhanan hamatbil dan Adonenu Yeshua (Luk 11:1). Pada th 90 di Yavneh pemuka agama Yahudi merasa perlu utk melakukan fixasi susunan doa. Dan kumpulan doa tsb diwariskan dari generasi ke generai (l'dor v'dor). Baru kemudian abad kesembilan di spanyol susunan doa mulai dibukukan secara permanen sampai hari ini. Buku doa ini dinamakan Siddur tefillah yg juga kita pakai dlm kebaktian/ibadah kita.
Mengapa kita berdoa dengan siddur? Tdk ada keharusan berdoa dgn siddur, didalam kitab suci juga tdk diajarkan oleh para rabbi, namun demikian dgn memakai siddur, setidaknya kita mendapatkan manfaat spt: dengan memakai siddur, kita menyatu dgn seluruh umat Tuhan di seluruh dunia, berbicara dgn Tuha dlm satu kesatuan. Setiap kata dlm doa yg terdapat dlm siddur disusun oleh orang-orang Tzaddik dan sudah teruji dlm rentangan waktu. Isi doa2 dlm siddur sebagian besar diambil dari kitab suci, memakai ungkapan bahasa ibrani yg sama dan merefleksikan seluruh aspek keimanan di dalam judaism. Siddur membantu banyak orang yg tdk dapat menyusun kata2 dlm doanya dengan baik/benar.
Sikap tubuh turut mencerminkan intensitas kita dlm berdoa. Duduk, sebagian besar doa dilakukan dalam posisi ini. Orang yahudi yemen masih memelihara kebiasaan asli yakni menekuk kaki di lantai. Berdiri, kita berdiri pada bagian2 tertentu dlm siDdur seperti pada saat doa Amidah, Barekhu, aleinu dan ketika Tabut Torah dibuka dan Torah diarak keliling ruangan. Membunkuk, dilakukan hanya saat2 tertentu seperti waktu khazan mengucapkan barekhu, empat kali pada waktu amidah (avot dan modim), sekali pada waktu aleinu. Menunduk dilakukan dgn menekuk lutu sediikit (pada kata "barukh") membungkuk( pada kata "atah") dan tegak kembali (pada kata "Adonai") . Orang yg memiliki kesehatan yg kurang baik, tdk dpt membungkuk ,cukup dgn membungkukan kepalanya. Sujud, posisi ini amat jarang dilakukan pada masa kini walaupun dimasa lalu bersujud adalah salah satu postur terutama dlm penyembahan. Biasanya dilakuka pada hari raya Yom kippur ( doa avodah) Berayun, postur tubuh yg terakhir ini adalah masalah kebiasaan. Ada orang yg nerayun dgn gerakan cepat,ada yg pelan, kebiasaan berayun ini berangkat dari penafsiran Maz 35:9-10 "Tetapi aku bersorak-sorak karena Tuhan, aku girang karena keselamatan dari padaNya, segala tulangku berkata : Ya Tuhan, siapakah yg seperti Engkau?". Berayun pada sebagian org mampu meningkatkan kavanah utk dirinya. Pada sebagian orang lagi berayun justru memecah konsentrasi dl berdoa, jadi menurut halakha rabbi, apakah seseorang harus berayun atau tdk dlm berdoa, tergantung dari bagaimana ia dapat mempengaruhi cara berdoa. Apapun yg dapat membantu seseorang mendapatkan kavanahnya, itulah cara yg benar. YERUSALEM. Ketika berdoa/tefillah sebisa mungkin kita arahkan pandangan kita ke tempat kudus yg telah dipilih TUHAN . Kitab suci menerangkan dlm 1 Raja-raja 8:44-49 dan 2 Tawarikh 6:34-39 "(Salomo berdoa:)...dan apabila mereka berdoa kepada TUHAN dgn berkiblat ke kota yg telah Kau pilih dan rumah yg telah kudirikan bagi namaMu, maka Engkau kiranya mendengarkan
...1 raja 44-45
Perhatikan kalimat dlm doa salomo : " dan apabila mereka berdoa kepada TUHAN dng berkiblat ke kota yg Kau pilih" perbuatan berkiblat sebenarnya merupakan penekanan terhadap ibadah doa mereka yakni" kepada TUHAN" Pada zaman Salomo banyak kota dunia yg menjadi pusat2 penyembaham berhala. Dengan menyatukan arah ke Yerusalem mereka hendak menyatakan bahwa hanya kpd TUHAN(Hashem) Elohey Israel mereka beribadah. Dengan demikian merek menjadi yakin bahwa nereka sedang menyembah Elohim yg benar. Bukan kepada ilah2 lain yg disembah bangsa2 lain di Tirus, di Sidon, di MesirN di Babel dan sebagainya. Praktek kiblat ini terus dilakukan bangsa Israel pada masa pembuangan. Ini merupakan hal yg menarik utk diperhatikan. Kita tahu bhw pada masa itu Bait suci yg didirikan Salomo telah dihancurkan oleh babel. Bait suci tdk ada lagi. Tetapi mengapa mereka tetap melanjutkan kiblat tsb? Kita lihat bahkan seorang saleh(Tzaddik) seperti Daniel pelaku dari praktek ibadah ini (lihat Daniel 6:11) dari sini kita harusnya mengerti bahwa bukan eksistensi Bait Elohim yg menjadi penentu kiblat, tetapi eksistensi dari Elohim itu sendiri. Sekali lagi dgn menyatukan pandangan arah berdoa ke Yerusalem, bangsa Israel hendak menyatakan bhw hanya kepada TUHAN sajalah mereka menyembah. Memandang ke Yerusalem juga menjadi salah satu sikap tubuh sebagai wujud antisipasi kita dalam menantikan kedatangan Moshiakh HaMelekh (Raja Messias) kedua kalinya, dimana kerajaan TUHAN (Malkhut Hashamayim)dipulihkan dan setiap orang dapat memerintah bersama-sama dengan Dia. Dalam siddur kita tdk henti2nya mendoakan hari-hari itu (bayom hahu). Semoga hari-hari itu terjadi di zaman kita. Barukh atah Adonai khonein ha da'at, B'Mashiakh Yeshua, amen.

No comments:

Post a Comment